PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Teori-teori pembangunan Dunia ketiga
adalah teori-teori yang usianya masih cukup muda. Teori-teori pembangunan ini
sedang berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi negara-negara miskin atau
negara-negara berkembang. Karena
dunia sedang didominasi oleh kekuatan-kekuatan ekonomi, teknologi, ilmu
pengetahuan, dan militer negara-negara adikuasa atau negara industri maju.
Teori ini muncul akibat adanya berbagai masalah pembangunan yang dihadapi Dunia
Ketiga yang terkenal dengan negara miskin atau negara terbelakang. Proses
kemiskinan negara Dunia Ketiga disinyalir karena negara Dunia Ketiga dalam
proses pembangunan melakukan banyak kontak dengan negara maju. Akibatnya,
banyak ilmuwan yang kemudian mengajukan hipotesa yang menjelaskan mengapa
negara Dunia Ketiga tidak mampu menandingi kekuatan negara barat. Negara Dunia
Ketiga diidentikkan dengan negara agraris, negara miskin, dan negara
tradisional, sementara negara maju diidentikkan dengan negara industri, negara
kaya, dan negara modern.
Secara umum, kelompok ilmuwan mempunyai
dua pandangan yang berbeda. Pertama,
ilmuwan memandang negara Dunia Ketiga mengalami kemiskinan karena faktor intern
yaitu adanya masalah dalam negeri sendiri,
ini disebut teori modernisasi. Kedua, ilmuwan memandang negara Dunia Ketiga mengalami kemiskinan
karena faktor ekstern yaitu adanya kekuatan-kekuatan dari luar negara yang
menyebabkan gagalnya proses pembangunan, yang kemudian disebut dengan teori
ketergantungan.[1]
B. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah teori ketergantungan itu?
2. Apa saja implikasi kebijakan teori ketergantungan?
3. Siapa saja yang termasuk teoritikus
Teori Ketergantungan?
II PEMBAHASAN
A. Teori Ketergantungan
Teori ketergantungan disebut juga dengan
teori dependensia
yang lahir pada dekade tahun 1960an.
Pada tahun 60an pendekatan dependensi ini lahir pertama kali di Amerika Latin,
ini merupakan jawaban atas kegagalan program yang dijalankan oleh Komisi
Ekonomi untuk Amerika Latin (Economic
Commission for Latin America / ECLA). Teori ini lebih menitikberatkan pada persoalan
keterbelakangan dan pembangunan Negara dunia ketiga dalam menantang dan menandingi
kekuasaan negara maju untuk melakukan hegemoni kekuasaan Negara maju dalam masalah
ekonomi, politik, sosial dan budaya.[2]
Teori yang menjadi dasar teori ketergantungan adalah teori Marx. Marx melihat
adanya dua kelas yang berbeda, yaitu kelas borjuis dan kelas proletar. Kelas
proletar di kuasai oleh kelas borjuis karena kelas borjuis memiliki modal yang
kuat, hal ini lah yang menyebabkan kelas proletar mengalami ketergantungan pada
kelas borjuis.
Dikotomi ini kemudian digunakan untuk
menganalogikakan hubungan antara negara maju dan negara Dunia Ketiga. Hubungan
keduanya menyebabkan ketergantungan. Menurut teori ini, kemiskinan negara Dunia
Ketiga mengkhususkan pada sektor produksi pertanian adalah akibat struktur
perekonomian dunia yang bersifat eksploitasif. Ketika negara maju melakukan
eksploitasi terhadap negara lemah, surplus negara Dunia Ketiga diambil alih
oleh negara maju.
Ada beberapa asumsi teoritis yang
dikembangkan teori ketergantungan, yaitu:
1. Keadaan ketergantungan dilihat sebagai
suatu gejala yang sangat umum, berlaku bagi negara-negara Dunia Ketiga,
2. Ketergantungan dilihat sebagai kondisi
akibat faktor luar. Bukan karena kekurangan modal dan tidak semangat
berprestasi seperti yang dituduhkan teori modernisasi, melainkan karena itu
diluar jangkauan politik ekonomi negeri,
3. Ketergantungan lebih dilihat masalah
ekonomi sebagai akibat surplus ekonomi dari negara Dunia Ketiga ke negara maju,
4. Situasi ketergantungan merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari proses polarisasi regional ekonomi global,
5. Keadaan ketergantungan dilihat sebagai
suatu hal yang mutlak bertolak belakang dengan pembangunan. Pembangunan di
Dunia Ketiga mustahil terjadi jika surplus ekonomi berpindah ke negara maju.
B. Implikasi kebijakan
teori ketergantungan, yaitu:
1. Pembangunan tidak selalu dan tidak tepat
diartikan sebagai sekedar proses industrialisasi, peningkatan output dan
produktivitas. Pembangunan lebih dimaknai sebagai peningkatan standar hidup
bagi setiap penduduk di negara Dunia Ketiga.
2. Semakin dekat hubungan negara Dunia
Ketiga dengan negara maju, maka semakin memperburuk situasi ketergantungan dan
keterbelakangan negara Dunia Ketiga. Negara Dunia Ketiga telah banyak menerima
kerugian akibat hubungan dengan negara maju.
3. Hubungan negara Dunia Ketiga diharapkan
dipotong dengan negara maju. Seharusnya negara Dunia Ketiga mampu untuk
melakukan pembangunan dengan kemampuan negara sendiri agar tidak mengalami ketergantungan
dengan negara maju.
4. Penindasan negara maju yang cenderung
untuk mendukung kemapanan perlu dihilangkan dengan pembangunan yang
sosialistik.[3]
C. Teoritikus Teori Ketergantungan
1. Paul Baran
Paul
Baran mengindikasikan hubungan negara Dunia Ketiga dengan negara maju tidak
mengalami keseimbangan pergerakan modal. Yang sebenarnya terjadi adalah
pergerakan modal dari negara maju ke negara Dunia Ketiga yang bertujuan untuk
menarik keuntungan dari negara Dunia Ketiga. Keuntungan tersebut merupakan
bagian terbesar dari pertambahan pendapatan yang diakibatkan investasi asing
sebagai akibat pergerakan modal tersebut.
Fenomena
yang terjadi dari hubungan negara Dunia Ketiga dengan negara maju adalah, pertama Naiknya
pendapatan nasional hanya di nikmati oleh segelintir pihak akibat adanya
eksploitasi. Kedua
Efek ekonomi yang ada justru akan menggeser
orientasi rakyat dalam bertransaksi ataupun produksi pemasaran.[4]
2. Andre Gunder Frank
Frank merupakan motor perkembangan awal teori ini karena
berhasil memperluaskan teori tersebut di kalangan akademisi Negara-negara yang
berbahasa inggris, maka dari itu Frank terkenal dengan teori dependensia.[5]
Frank mengategorikan negara Dunia Ketiga menjadi dua
yaitu negara metropolis maju dan negara satelit berkembang. Hubungan ekonomi
kedua kelompok negara memosisikan perkembangan sistem kapitalis dalam skala
internasional sebagai aspek utamanya. Lima tesis yang diberikan oleh Frank
dalam teori ketergantungan adalah:
a. Terdapat kesenjangan pembangunan antara
negara pusat dan satelitnya, pembangunan pada negara satelit dibatasi status
negara satelit tersebut
b. Kemampuan negara satelit dalam
pembangunan ekonomi terutama pembangunan industri kapitalis meningkat pada saat
ikatan terhadap negara pusat sedang melemah
c. Negara yang terbelakang dan terlihat
feodal saat ini merupakan negara yang memiliki kedekatan ikatan dengan negara
pusat pada masa lalu
d. Kemunculan perkebunan besar di negara
satelit sebagai usaha pemenuhan kebutuhan dan peningkatan keuntungan ekonomi
negara pusat
e. Eksploitasi yang menjadi ciri khas
kapitalisme menhebabkan menurunnya kemampuan produksi pertanian di negara
satelit.[6]
3. Theotonio Dos Santos
Menurut
Santos hubungan dua negara atau lebih mengandung bentuk ketergantungan, jika
beberapa negara
yang dominan dapat berkembang dan memiliki otonom dalam pembangunannya,
sementara negara lain dapat melakukan hal serupa, hanya sekedar refleksi
perkembangan negara dominasi. Artinya, ketika negara doniman mengalami kemajuan
maka negara yang tergantung akan terkena dampaknya pula.
Tesis
yang diajukan Santos ada tiga macam
bentuk dependensia, yaitu ketergantungan kolonial, ketergantungan
industri keuangan, dan ketergantungan teknologi industri.[7]
Ketergantungan kolonial dialami oleh negara jajahan, negara jajahan mengalami
pemonopolian kepemilikan tanah, pertambangan, tenaga kerja, serta ekspor barang
galian dan hasil bumi. Ketergantungan industri keuangan, sektor ekonomi negara
tergantung lebih berpusat pada ekspor bahan mentah dan produk pertanian.
Ketergantungan teknologi industri, sebagaian negara tergantung adalah negara
yang tidak mampu memproduksi atau menguasai teknologi dan negara dominan adalah
negara yang mengusai teknologi.[8]
III PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori ketergantungan disebut juga dengan
teori dependensi yang lahir pada dekade tahun 1960an. Pada tahun 60an pendekatan dependensi ini lahir
pertama kali di Amerika Latin, ini merupakan jawaban atas kegagalan program
yang dijalankan oleh Komisi Ekonomi untuk Amerika Latin (Economic Commission for Latin America / ECLA). Teori ini lebih menitikberatkan pada persoalan
keterbelakangan dan pembangunan Negara dunia ketiga dalam menantang dan menandingi
kekuasaan negara maju untuk melakukan hegemoni kekuasaan Negara maju dalam
masalah ekonomi, politik, sosial dan budaya. Teori yang menjadi dasar teori
ketergantungan adalah teori Marx. Marx melihat adanya dua kelas yang berbeda,
yaitu kelas borjuis dan kelas proletar. Kelas proletar di kuasai oleh kelas
borjuis karena kelas borjuis memiliki modal yang kuat, hal ini lah yang
menyebabkan kelas proletar mengalami ketergantungan pada kelas borjuis.
Teoritikus teori ketergantungan ada tiga
yaitu Paul Baran, Frank dan Santos. Paul Baran mengindikasikan hubungan negara
Dunia Ketiga dengan negara maju tidak mengalami keseimbangan pergerakan modal. Frank mengategorikan
negara Dunia Ketiga menjadi dua yaitu negara metropolis maju dan negara satelit
berkembang.Menurut Santos hubungan dua negara atau lebih mengandung bentuk
ketergantungan.
B. Kritik dan Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat,
kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka kritik dan
saran serta bimbingan dari dosen dan teman-teman sangat kami harapkan untuk
memperbaiki pemahaman dari penulisan makalah ini. Atas kerjasama dari
peristiwa, kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Martono, Nanang, Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif
Klasik, Modern, Postmodern, dan Poskolonial, (Jakarta: Raja Grafindo, 2014).
Suwarno,
Alvin Y. So, Perubahan Sosial dan
Pembangunan: Teori-teori Modernisasi, Dependensi, dan Sistem Dunia, (Jakarta:
Pustaka LP3ES Indonesia, 1994).
Fakih,
Mansour, Runtuhnya Teori Pembangunan dan
Globalisasi, (Yogyakarta: Insist Press, 2002).
[1] Nanang Martono, Sosiologi
Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Postmodern, dan Poskolonial, (Jakarta:
Raja Grafindo, 2014), hlm: 135-136.
[2] Suwarno dan Alvin Y. So, Perubahan Sosial dan Pembangunan:
Teori-teori Modernisasi, Dependensi, dan Sistem Dunia, (Jakarta: Pustaka
LP3ES Indonesia, 1994), hlm: 89.
[3] Nanang Martono, hlm: 144 – 146.
[5] Mansour Fakih, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi,
(Yogyakarta: Insist Press, 2002), hlm: 129.
[6]Nanang Martono, hlm: 148.
[8]Nanang Martono, hlm: 149.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar