Minggu, 19 Juni 2016

Teori Pembangunan: Teori Ketergantungan



PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Teori-teori pembangunan Dunia ketiga adalah teori-teori yang usianya masih cukup muda. Teori-teori pembangunan ini sedang berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi negara-negara miskin atau negara-negara berkembang. Karena dunia sedang didominasi oleh kekuatan-kekuatan ekonomi, teknologi, ilmu pengetahuan, dan militer negara-negara adikuasa atau negara industri maju. Teori ini muncul akibat adanya berbagai masalah pembangunan yang dihadapi Dunia Ketiga yang terkenal dengan negara miskin atau negara terbelakang. Proses kemiskinan negara Dunia Ketiga disinyalir karena negara Dunia Ketiga dalam proses pembangunan melakukan banyak kontak dengan negara maju. Akibatnya, banyak ilmuwan yang kemudian mengajukan hipotesa yang menjelaskan mengapa negara Dunia Ketiga tidak mampu menandingi kekuatan negara barat. Negara Dunia Ketiga diidentikkan dengan negara agraris, negara miskin, dan negara tradisional, sementara negara maju diidentikkan dengan negara industri, negara kaya, dan negara modern.
Secara umum, kelompok ilmuwan mempunyai dua pandangan yang berbeda. Pertama, ilmuwan memandang negara Dunia Ketiga mengalami kemiskinan karena faktor intern yaitu adanya masalah dalam negeri sendiri, ini disebut teori modernisasi. Kedua, ilmuwan memandang negara Dunia Ketiga mengalami kemiskinan karena faktor ekstern yaitu adanya kekuatan-kekuatan dari luar negara yang menyebabkan gagalnya proses pembangunan, yang kemudian disebut dengan teori ketergantungan.[1]

B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimanakah teori ketergantungan itu?
2.      Apa saja implikasi kebijakan teori ketergantungan?
3.      Siapa saja yang termasuk teoritikus Teori Ketergantungan?
II       PEMBAHASAN
A.    Teori Ketergantungan
Teori ketergantungan disebut juga dengan teori dependensia yang lahir pada dekade tahun 1960an. Pada tahun 60an pendekatan dependensi ini lahir pertama kali di Amerika Latin, ini merupakan jawaban atas kegagalan program yang dijalankan oleh Komisi Ekonomi untuk Amerika Latin (Economic Commission for Latin America / ECLA).  Teori ini lebih menitikberatkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan Negara dunia ketiga dalam menantang dan menandingi kekuasaan negara maju untuk melakukan hegemoni kekuasaan Negara maju dalam masalah ekonomi, politik, sosial dan budaya.[2] Teori yang menjadi dasar teori ketergantungan adalah teori Marx. Marx melihat adanya dua kelas yang berbeda, yaitu kelas borjuis dan kelas proletar. Kelas proletar di kuasai oleh kelas borjuis karena kelas borjuis memiliki modal yang kuat, hal ini lah yang menyebabkan kelas proletar mengalami ketergantungan pada kelas borjuis.
Dikotomi ini kemudian digunakan untuk menganalogikakan hubungan antara negara maju dan negara Dunia Ketiga. Hubungan keduanya menyebabkan ketergantungan. Menurut teori ini, kemiskinan negara Dunia Ketiga mengkhususkan pada sektor produksi pertanian adalah akibat struktur perekonomian dunia yang bersifat eksploitasif. Ketika negara maju melakukan eksploitasi terhadap negara lemah, surplus negara Dunia Ketiga diambil alih oleh negara maju.
Ada beberapa asumsi teoritis yang dikembangkan teori ketergantungan, yaitu:
1.      Keadaan ketergantungan dilihat sebagai suatu gejala yang sangat umum, berlaku bagi negara-negara Dunia Ketiga,
2.      Ketergantungan dilihat sebagai kondisi akibat faktor luar. Bukan karena kekurangan modal dan tidak semangat berprestasi seperti yang dituduhkan teori modernisasi, melainkan karena itu diluar jangkauan politik ekonomi negeri,
3.      Ketergantungan lebih dilihat masalah ekonomi sebagai akibat surplus ekonomi dari negara Dunia Ketiga ke negara maju,
4.      Situasi ketergantungan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses polarisasi regional ekonomi global,
5.      Keadaan ketergantungan dilihat sebagai suatu hal yang mutlak bertolak belakang dengan pembangunan. Pembangunan di Dunia Ketiga mustahil terjadi jika surplus ekonomi berpindah ke negara maju.

B.     Implikasi kebijakan teori ketergantungan, yaitu:
1.      Pembangunan tidak selalu dan tidak tepat diartikan sebagai sekedar proses industrialisasi, peningkatan output dan produktivitas. Pembangunan lebih dimaknai sebagai peningkatan standar hidup bagi setiap penduduk di negara Dunia Ketiga.
2.      Semakin dekat hubungan negara Dunia Ketiga dengan negara maju, maka semakin memperburuk situasi ketergantungan dan keterbelakangan negara Dunia Ketiga. Negara Dunia Ketiga telah banyak menerima kerugian akibat hubungan dengan negara maju.
3.      Hubungan negara Dunia Ketiga diharapkan dipotong dengan negara maju. Seharusnya negara Dunia Ketiga mampu untuk melakukan pembangunan dengan kemampuan negara sendiri agar tidak mengalami ketergantungan dengan negara maju.
4.      Penindasan negara maju yang cenderung untuk mendukung kemapanan perlu dihilangkan dengan pembangunan yang sosialistik.[3]
C.     Teoritikus Teori Ketergantungan
1.      Paul Baran
Paul Baran mengindikasikan hubungan negara Dunia Ketiga dengan negara maju tidak mengalami keseimbangan pergerakan modal. Yang sebenarnya terjadi adalah pergerakan modal dari negara maju ke negara Dunia Ketiga yang bertujuan untuk menarik keuntungan dari negara Dunia Ketiga. Keuntungan tersebut merupakan bagian terbesar dari pertambahan pendapatan yang diakibatkan investasi asing sebagai akibat pergerakan modal tersebut.
Fenomena yang terjadi dari hubungan negara Dunia Ketiga dengan negara maju adalah, pertama Naiknya pendapatan nasional hanya di nikmati oleh segelintir pihak akibat adanya eksploitasi. Kedua Efek ekonomi yang ada justru akan menggeser orientasi rakyat dalam bertransaksi ataupun produksi pemasaran.[4]
2.      Andre Gunder Frank
Frank merupakan motor perkembangan awal teori ini karena berhasil memperluaskan teori tersebut di kalangan akademisi Negara-negara yang berbahasa inggris, maka dari itu Frank terkenal dengan teori dependensia.[5] Frank mengategorikan negara Dunia Ketiga menjadi dua yaitu negara metropolis maju dan negara satelit berkembang. Hubungan ekonomi kedua kelompok negara memosisikan perkembangan sistem kapitalis dalam skala internasional sebagai aspek utamanya. Lima tesis yang diberikan oleh Frank dalam teori ketergantungan adalah:
a.       Terdapat kesenjangan pembangunan antara negara pusat dan satelitnya, pembangunan pada negara satelit dibatasi status negara satelit tersebut
b.      Kemampuan negara satelit dalam pembangunan ekonomi terutama pembangunan industri kapitalis meningkat pada saat ikatan terhadap negara pusat sedang melemah
c.       Negara yang terbelakang dan terlihat feodal saat ini merupakan negara yang memiliki kedekatan ikatan dengan negara pusat pada masa lalu
d.      Kemunculan perkebunan besar di negara satelit sebagai usaha pemenuhan kebutuhan dan peningkatan keuntungan ekonomi negara pusat
e.       Eksploitasi yang menjadi ciri khas kapitalisme menhebabkan menurunnya kemampuan produksi pertanian di negara satelit.[6]
3.      Theotonio Dos Santos
Menurut Santos hubungan dua negara atau lebih mengandung bentuk ketergantungan, jika beberapa negara yang dominan dapat berkembang dan memiliki otonom dalam pembangunannya, sementara negara lain dapat melakukan hal serupa, hanya sekedar refleksi perkembangan negara dominasi. Artinya, ketika negara doniman mengalami kemajuan maka negara yang tergantung akan terkena dampaknya pula.
Tesis yang diajukan Santos ada tiga macam bentuk dependensia,  yaitu ketergantungan kolonial, ketergantungan industri keuangan, dan ketergantungan teknologi industri.[7] Ketergantungan kolonial dialami oleh negara jajahan, negara jajahan mengalami pemonopolian kepemilikan tanah, pertambangan, tenaga kerja, serta ekspor barang galian dan hasil bumi. Ketergantungan industri keuangan, sektor ekonomi negara tergantung lebih berpusat pada ekspor bahan mentah dan produk pertanian. Ketergantungan teknologi industri, sebagaian negara tergantung adalah negara yang tidak mampu memproduksi atau menguasai teknologi dan negara dominan adalah negara yang mengusai teknologi.[8]
III      PENUTUP
A.    Kesimpulan
Teori ketergantungan disebut juga dengan teori dependensi yang lahir pada dekade tahun 1960an. Pada tahun 60an pendekatan dependensi ini lahir pertama kali di Amerika Latin, ini merupakan jawaban atas kegagalan program yang dijalankan oleh Komisi Ekonomi untuk Amerika Latin (Economic Commission for Latin America / ECLA).  Teori ini lebih menitikberatkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan Negara dunia ketiga dalam menantang dan menandingi kekuasaan negara maju untuk melakukan hegemoni kekuasaan Negara maju dalam masalah ekonomi, politik, sosial dan budaya. Teori yang menjadi dasar teori ketergantungan adalah teori Marx. Marx melihat adanya dua kelas yang berbeda, yaitu kelas borjuis dan kelas proletar. Kelas proletar di kuasai oleh kelas borjuis karena kelas borjuis memiliki modal yang kuat, hal ini lah yang menyebabkan kelas proletar mengalami ketergantungan pada kelas borjuis.
Teoritikus teori ketergantungan ada tiga yaitu Paul Baran, Frank dan Santos. Paul Baran mengindikasikan hubungan negara Dunia Ketiga dengan negara maju tidak mengalami keseimbangan pergerakan modal. Frank mengategorikan negara Dunia Ketiga menjadi dua yaitu negara metropolis maju dan negara satelit berkembang.Menurut Santos hubungan dua negara atau lebih mengandung bentuk ketergantungan.
B.     Kritik dan Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka kritik dan saran serta bimbingan dari dosen dan teman-teman sangat kami harapkan untuk memperbaiki pemahaman dari penulisan makalah ini. Atas kerjasama dari peristiwa, kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
          Martono, Nanang, Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Postmodern, dan Poskolonial, (Jakarta: Raja Grafindo, 2014).
            Suwarno, Alvin Y. So, Perubahan Sosial dan Pembangunan: Teori-teori Modernisasi, Dependensi, dan Sistem Dunia, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 1994).
            Fakih, Mansour, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, (Yogyakarta: Insist Press, 2002).


[1] Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Postmodern, dan Poskolonial, (Jakarta: Raja Grafindo, 2014), hlm: 135-136.
[2] Suwarno dan Alvin Y. So, Perubahan Sosial dan Pembangunan: Teori-teori Modernisasi, Dependensi, dan Sistem Dunia, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 1994), hlm: 89.
[3] Nanang Martono, hlm: 144 – 146.
[4] Nanang Martono, hlm: 147.
[5] Mansour Fakih, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, (Yogyakarta: Insist Press, 2002), hlm: 129.
[6]Nanang Martono, hlm: 148.
[7] Mansour Fakih, hlm: 129
[8]Nanang Martono, hlm: 149.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar